Jakarta (ANTARA) – Invasi Rusia ke Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari 2022 menjadi perhatian dunia internasional karena beberapa masalah, salah satunya kemungkinan akan memicu krisis pangan yang serius. , yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kelaparan di seluruh dunia.
Karena banyak negara, seperti Mesir, bergantung pada komoditas penting yang diproduksi di Rusia dan Ukraina, kemungkinan terjadinya krisis pangan meningkat. Misalnya, Mesir masih mengimpor 80 persen gandumnya dari kedua negara tersebut.
Gandum dibutuhkan sebagai bahan baku untuk produksi flatbread yang merupakan makanan pokok di Mesir dan saat ini juga diakui sebagai negara pengimpor gandum terbanyak di dunia. Kekurangan komoditas pangan, khususnya gandum, berpotensi menjerumuskan bangsa ke dalam bencana krisis kelaparan.
Selain itu, menurut temuan Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional (IFPRI), Rusia dan Ukraina merupakan mayoritas produksi gandum dunia, dan pasokannya memenuhi empat puluh persen permintaan gandum di seluruh dunia.
Selain Kanada dan Belarusia, Rusia juga merupakan produsen potasium yang signifikan, yang digunakan sebagai bahan baku dalam produksi pupuk di beberapa negara berbeda, termasuk Indonesia. Sebagai hasil dari pertempuran, Rusia menghentikan semua ekspor kalium, yang menyebabkan peningkatan biaya pupuk di beberapa negara lain.
Karena terus mengimpor gandum dan bahan baku pupuk, Indonesia juga akan merasakan dampak dari masalah ini.
Dalam perayaan Hari Keluarga Nasional di Medan, Sumatera Utara, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan ada kemungkinan harga produk berbahan dasar gandum seperti mie dan roti akan naik dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Pemerintah sedang menyusun rencana untuk mencegah kemungkinan kekurangan pangan di seluruh dunia dengan mengambil langkah-langkah seperti mendirikan food estate dan meningkatkan variasi makanan yang tersedia.
Diversifikasi sumber makanan
Tauhid Ahmad, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), menilai diversifikasi pangan bisa dilakukan dengan mengganti sagu dan singkong dengan gandum.
Namun, ia mengakui ada kendala yang harus diatasi dengan pendekatan ini karena fakta bahwa berbagai daerah di Indonesia memiliki preferensi yang berbeda-beda dalam hal makanan yang mereka makan sehari-hari. Dia mengamati bahwa sulit untuk menghentikan kebiasaan makan roti dan mie cepat dan mulai mengkonsumsi berbagai jenis produk makanan.
Selain itu, pengolahan sagu dan singkong masih terbatas, sehingga tidak mungkin memaksa masyarakat beralih ke kedua komoditas pangan tersebut dalam waktu singkat.
Untuk itu, pemerintah harus memanfaatkan pengetahuan pangan lokal yang sudah ada di setiap daerah daripada memaksa masyarakat untuk mengandalkan beras sebagai sumber gizi utama mereka.
Di sisi lain, Profesor Dwi Andreas Santosa dari Institut Pertanian Bogor (IPB) berkomentar bahwa impor delapan komoditas impor terpenting Indonesia selama periode 2011-2021 telah meningkat sekitar 20 juta ton. Hal ini dinyatakan dengan mengacu pada periode waktu.
Kerjasama dalam industri makanan
Badan Pangan Nasional (Badan Pangan) juga telah menyelenggarakan konferensi koordinasi perdana dengan 514 kota dan kabupaten di 34 provinsi untuk memperkuat kolaborasi stabilitas pangan di daerah penghasil dan konsumen. Pertemuan ini diatur untuk memastikan bahwa ada cukup makanan untuk semua orang.
Badan Pangan Nasional akan menitikberatkan pada kerja sama antarlembaga, ketersediaan dan stabilitas pangan, kerawanan pangan dan gizi, diversifikasi pola konsumsi, dan kelangkaan pangan.
Menurut Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2021, program ini sesuai dengan arahan Presiden Jokowi untuk memproduksi delapan pangan strategis, antara lain beras, minyak goreng, gula pasir, bawang merah, cabai besar, cabai rawit, ayam pedaging, dan telur ayam. Kedelapan makanan tersebut tercantum dalam Perpres.
Saat ini, NFA sedang memusatkan upayanya pada peningkatan aksesibilitas makanan yang diproduksi secara lokal dan memastikan bahwa itu didistribusikan secara adil di seluruh negeri. Melalui upaya kolaborasi berbagai organisasi, wilayah geografis, dan Kementerian Perhubungan, Badan Pangan akan memfasilitasi koordinasi antara daerah penghasil pangan dan daerah yang mengkonsumsinya.
Menurut Kepala Badan Pangan Nasional (BPPN), Arief Prasetyo Adi, masyarakat umum patut bersyukur Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangan sendiri bahkan mengekspor komoditas pangan strategis, seperti telur ayam, ke sejumlah negara. negara-negara yang berdekatan meskipun krisis pangan melanda sejumlah negara lain.
Hal ini dimungkinkan karena tingginya ketersediaan telur ayam di Indonesia yang merupakan hasil kerjasama seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Pada saat yang sama, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani mengklaim pada KTT Sekuritisasi 2022 di Jakarta bahwa tidak ada ancaman terhadap ketahanan pangan Indonesia selama tiga tahun terakhir.
Menteri menyatakan bahwa Indonesia mampu memenuhi kebutuhannya selama tiga tahun terakhir, meskipun beberapa negara mengalami lonjakan besar dalam biaya pangan selama periode waktu yang sama.
Selain itu, menurut Mulyani, ketahanan pangan Indonesia tidak menjadi perhatian dalam hal produksi beras dalam negeri dan komoditas pangan lainnya, baik untuk ekspor maupun untuk penggunaan sendiri. Dia menegaskan bahwa meskipun krisis geopolitik saat ini sedang terjadi di seluruh dunia, pemerintah masih bekerja untuk mempromosikan ketahanan pangan dengan melibatkan berbagai pihak yang berbeda.
Diharapkan ke depan, masyarakat Indonesia dapat menghindari potensi krisis pangan yang dapat berdampak merugikan bagi negara dengan tetap menjaga budaya gotong royong dalam penanganan masalah pangan. Hal ini dimungkinkan jika budaya gotong royong dijunjung tinggi.