MEDAN, Indonesia (AP) — Menurut sumber otoritas lokal terbaru, gempa berkekuatan 5,6 mengguncang wilayah Jawa Barat Indonesia pada hari Senin sekitar pukul 13:21. waktu setempat, menewaskan lebih dari 160 orang.

Aparat penanggulangan bencana di Kabupaten Cianjur yang dekat dengan pusat gempa mengeluarkan pernyataan Senin malam yang menyebutkan sedikitnya 162 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka akibat bencana tersebut. Musibah ini diyakini paling mematikan di negara Indonesia yang rawan gempa tahun ini. Ini merupakan peningkatan yang signifikan di atas perkiraan sebelumnya dan menunjukkan bahwa upaya untuk memulihkan korban dari reruntuhan sedang berlangsung.

Sebagian besar orang yang meninggal terbunuh ketika mereka tertimpa benda yang jatuh. “Beberapa di antaranya dipukul di bagian kepala,” kata Herman Suherman, Bupati Cianjur. “Yang bisa Anda dengar di wilayah ini hanyalah sirene ambulans,” kata orang itu.

Menurut pemerintah, hampir 2.200 rumah rusak, dan hampir 13.000 orang mengungsi. Menurut Survei Geologi AS, gempa terjadi pada kedalaman enam mil (sepuluh kilometer), menjadikannya bencana yang lebih dahsyat.

Tayangan televisi lokal mengungkapkan adegan kekacauan ketika massa orang yang terluka, beberapa di antaranya dibalut dan berdarah, dilarikan ke rumah sakit dan klinik untuk perawatan. Menurut saksi, ada yang dibawa ke rumah sakit dengan ambulans, ada pula yang termasuk anak-anak kecil dibawa dengan sepeda motor atau digendong oleh anggota keluarganya.

Pasien di RSUD Cianjur harus dibawa keluar gedung karena kemungkinan strukturnya ambruk, dan sebagian ada yang ditandu. Menurut warga, beberapa anggota massa bergegas masuk untuk mengambil meja dan peralatan lainnya guna mengangkut korban luka ke lokasi yang lebih aman.

Ricky Susan, seorang jurnalis lokal di Cianjur, melaporkan bahwa dia sedang minum kopi di dalam barak militer ketika gempa terjadi. Ketika dia akhirnya berhasil keluar, struktur di belakangnya masih bergetar hebat, dan ada toko serba ada yang rusak tepat di seberang jalan dari barak.

“Saya melihat sekelompok karyawan minimarket berdiri di luar reruntuhan, dan mereka semua menangis,” katanya. “Saya melihat sekelompok staf minimarket di luar reruntuhan.” Mereka memberi tahu saya bahwa salah satu dari mereka tidak selamat dari reruntuhan dan dia dimakamkan di sana.

Tujuan utamanya, menurut Suharyanto, Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana, adalah untuk menyelamatkan orang-orang yang terluka dan membawa mereka ke fasilitas medis. Dia, seperti banyak orang Indonesia lainnya, hanya menggunakan satu nama.

Gempa bumi, yang tampaknya telah menyebabkan kerusakan infrastruktur yang signifikan di wilayah tersebut, diperkirakan akan mempersulit akses masuk ke daerah yang terkena dampak setelah terjadi. Pasokan listrik maupun ketersediaan layanan telepon seluler tidak merata di beberapa wilayah Cianjur.

Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia, mengungkapkan dalam konferensi pers bahwa gempa tersebut menyebabkan tanah longsor di pinggiran Cianjur, yang memblokir akses jalan dari Puncak Pass yang berdekatan, sebuah jalur gunung di Jawa Barat.

Dia juga melaporkan bahwa 45 getaran telah dicatat, tetapi tidak ada peringatan tsunami yang dikeluarkan.

Sukabumi dan Bandung yang berdekatan satu sama lain tampaknya pernah merasakan gempa tersebut. Warga Jakarta, yang berjarak sekitar 100 kilometer (60 mil) barat laut Cianjur, melaporkan rumah mereka bergetar kuat saat gempa terjadi, dan beberapa bangunan harus dievakuasi.

Karena letaknya yang berada di zona seismik, Indonesia sering dilanda gempa bumi yang bila disertai tsunami dapat mengakibatkan korban jiwa yang tidak sedikit. Menurut PBB, gempa berkekuatan 7,5 SR yang disusul tsunami di pulau tengah Sulawesi pada 2018 menewaskan lebih dari 2.000 orang. Gempa bumi yang melanda wilayah selatan Sumatera pada tahun 2009 menewaskan 1.117 orang.

earthquake2

Akibat hujan lebat yang turun di penghujung tahun, Indonesia kerap dilanda cuaca buruk serta berbagai bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, seperti dikutip wartawan setempat, “Kita harus tetap waspada.” Dia juga menyatakan bahwa pemerintah siap menghadapi gempa susulan atau masalah lain yang mungkin terjadi.

“Akhir tahun adalah waktu yang paling mengerikan dalam setahun karena ini adalah musim bencana,” tambahnya.